KARO – Kabupaten Karo dikenal sebagai daerah pertanian yang kuat dan tangguh serta merupakan salah satu sektor yang berperan mendukung pertumbuhan ekonomi selain sektor pariwisata.
Pemerintah diminta memberikan perhatian serius dan proteksi kepada petani khususnya petani hortikultura yang sering terdampak oleh kelangkaan dan mahalnya harga pupuk di daerah itu. Artinya, pertanian memegang peranan yang sangat penting dari keseluruhan perekonomian daerah.
“Hal ini, ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang terserap pada sektor pertanian. Pertanian merupakan basis perekonomian Kabupaten Karo sekitar 80 persen,” sorot salah seorang tokoh adat dan budaya yang sehari-hari juga menggeluti pertanian beberapa waktu lalu.
Dampak ekonomi akibat kelangkaan dan mahalnya harga pupuk sangat dirasakan hampir seluruh elemen masyarakat petani di Kabupaten Karo yang saat ini bergelut dengan tidak adanya kepastian harga jual di pasar.
“Perlu diketahui kalau sektor pertanian sangat merasakan imbas kelangkaan dan mahalnya harga pupuk. Petani hanya berharap pemerintah atau lembaga sosial dapat melihat kondisi tersebut untuk memberikan sedikit asa bagi petani di tengah kelangkaan dan mahalnya harga pupuk,” lanjutnya.
Bagaimanapun juga, petani adalah salah satu profesi yang sering mengalami ketidakpastian, baik dari alam, seperti cuaca, maupun dari realisasi pasar.
“Kelangkaan dan mahalnya harga pupuk menambah ketidakpastian di kalangan pelaku perekonomian termasuk petani di Kabupaten Karo,” tuturnya.
“Faktanya, kenapa harga jual produksi petani sering cepat berfluktuasi, lebih sering tidak memiliki harga jual, sementara harga pupuk dan pestisida tidak pernah turun, dimana peran pemerintah,?,” kecamnya.
Beliau menyebutkan, memang sebagian harga jual pertanian saat ini sedang cukup bagus, tapi harga-harga pupuk dan pestisida yang terus melambung, bisa membuat petani tidak memiliki daya saing yang cukup kuat.
Sektor pertanian, selain pariwisata, memberikan kontribusi cukup besar bagi pembangunan ekonomi Kabupaten Karo. Namun sayangnya, dibiarkan saja seperti “anak terlantar” tanpa ada upaya konkret dibuktikan dengan alokasi APBD yang tidak pernah berpihak ke petani.
Padahal pertanian merupakan tulang punggung ekonomi mayoritas penduduk Kabupaten Karo sekaligus sektor penyangga (buffer sector) untuk menjaga dan membangun kedaulatan dan kemandirian pangan.